Blog

  • Santri Abadi

    Santri Abadi

    Pernah dengar tentang kata “Santri”?

    Santri adalah sebutan untuk mereka yang menimba ilmu di sebuah Pondok Pesantren. Ilmu ajaran Islam, tentunya.

    Aku akrab disapa “Santri”. Bukan hanya akrab, melainkan beberapa menyebutku, “Santri Abadi.”

    Sejak 2014, aku mulai mengambil study khusus Islam disebuah Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an daerah Jawa Barat.

    Semua kujalani dengan suka dan duka. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku, akan masuk dan mengabdi di sebuah Pesantren.

    Usiaku kala itu 17 tahun, lulus dari sebuah Madrasah Aliyah, kemudian melanjutkan masuk ke Pondok Pesantren. Hal yang membuatku bertahan di sana sebagai santri adalah “Al-Qur’an”.

    Aku akan membahas ini di lain kesempatan. Karena akan kuceritakan awal masuk Pesantren.

    Sebelumnya, aku pernah berjanji kepada Orang Tuaku bahwa aku akan menghafal Qur’an, namun ternyata aku baru bisa menghafalnya setelah lulus Aliyah.

    Inilah ceritaku di mulai, dan sejak saat itu perlahan pandanganku terbuka tentang banyak hal. Terutama tentang “Ukhuwah.”

  • Do It Today – Jangan Menunda

    Judul Buku: Do It Today – Jangan Menunda

    Penulis: Darius Foroux

    Penerjemah: Mila Hidajat

    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

    Tanggal Terbit: 4 Oktober 2024

    Bahasa Indonesia: 9786020678535

    Tebal Halaman: 198 halaman

    Ukuran Buku: 13,5 cm x 20,0 cm

    Yang Anda lakukan hari ini menentukan di mana Anda akan berada satu, dua, bahkan sepuluh tahun mendatang. Saya berbicara tentang cara menginvestasikan sebagian besar waktu Anda. Waktu yang membentuk kehidupan Anda.

    -Darius Foroux-


    Pendahuluan

    Waktu terasa begitu cepat berlalu, sementara diri ini masih bergulat dengan kebiasaan menunda. Berjam-jam berselancar di dunia maya terasa lebih mudah daripada memulai sesuatu yang lebih bermakna. Darius Foroux, dalam bukunya Do It Today, menawarkan cara untuk mengatasi kebiasaan tersebut—tentang mengelola waktu, menjadikan produktivitas sebagai gaya hidup dan mencapai berbagai hal yang lebih bermakna. Namun, sejauh mana metode yang ia tawarkan benar-benar efektif?

    Tentang Penulis

    Darius Foroux merupakan seorang pengusaha kreatif, investor, pembawa acara podcast dan penulis. Tulisannya berfokus pada pengembangan diri, produktivitas, bisnis atau karir, keuangan pribadi.  Ia juga salah satu penulis yang paling banyak dibaca di Medium berkat gaya penulisannya yang sederhana, lugas, dan mudah dipahami.

    Isi Buku

    Buku Do It Today ini berisi kumpulan artikel yang dapat membantu pembaca untuk segera memulai daripada menunggu hari besok. Buku ini dibagi menjadi tiga bagian utama : mengatasi kebiasaan menunda, meningkatkan produktivitas dan menghasilkan lebih banyak dalam kehidupan.

    Di bagian pertama, Darius Foroux menuliskan Cara mengatasi kebiasaan menunda. Kebiasaan ini kerap kali dianggap sepele, padahal menghambat produktivitas dan tercapainya kesuksesan. Kebiasaan ini menunjukkan lemahnya regulasi, kendali diri dan tekad. Kebiasaan ini bukanlah sesuatu yang bisa disingkirkan dengan mudah. Solusi sederhana : mulailah hari ini.

    Untuk itu, ia menuliskan cara lain agar terwujudnya perubahan yaitu dengan memperbaiki efektivitas pribadi, seperti mengenali waktu, identifikasi pekerjaan yang tidak penting, dan singkirkan pembuang waktu. Menuliskan aktivitas sehari-hari dalam catatan sebelum tidur juga menjadi salah satu caranya. Tidak lupa, menuliskan rencana untuk keesokan harinya. Karena dengan begitu, akan lebih siap menghadapi hari berikutnya. Ini bisa langsung dilakukan pembaca untuk menguji keefektifan metode buku ini.

    Pada bagian kedua, pembaca diajak untuk memahami bahwa produktivitas tidak harus diawali dengan perencanaan sempurna atau standar yang terlalu tinggi. Yang terpenting adalah segera mulai. Jika hanya mempersiapkan tanpa memulai, itu hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia. Darius Foroux juga membagikan 20 cara untuk meningkatkan produktivitas berdasarkan pengalamannya selama tiga tahun terakhir.

    Bagian terakhir membahas menghasilkan lebih banyak dalam kehidupan. Menghasilkan lebih banyak ini seperti menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kehidupan yang bermakna. Produktif bukan berarti bekerja tanpa henti, tetapi mengelola waktu dengan baik tanpa melupakan berbagai aspek kehidupan—bekerja, istirahat, membaca, hingga berkumpul dengan keluarga.

    Darius Foroux juga menekankan pentingnya terus belajar dan mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan universal seperti disiplin diri, komunikasi, dan efektivitas pribadi. Teruslah belajar dan nikmati semua prosesnya.

    Kelebihan Buku

    1. Bahasa yang Sederhana dan Mudah Dipahami
    Darius Foroux menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele. Sehingga sangat mudah dipahami. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia juga sangat jelas sehingga sangat mudah dipahami oleh pembaca.

    2. Tidak Menggurui
    Gaya penulisan Darius Foroux terasa seperti percakapan dengan teman, tanpa terkesan menggurui.

    3. Relatable dan Praktis
    Darius mengungkapkan berbagai fakta yang relevan dengan pengalaman banyak orang. Tulisan-tulisannya menggugah kesadaran pembaca dan mencerminkan perjuangannya sendiri dalam mengatasi kebiasaan menunda. Tidak hanya memberikan teori, penulis juga menuliskan langkah-langkah nyata yang dapat langsung dilakukan.

    4. Pengalaman Pribadi
    Penulis membagikan pengalamannya sendiri dalam mengatasi kebiasaan menunda. Ini membuat isi buku terasa lebih meyakinkan.

    Kekurangan Buku

    1. Memiliki Kesamaan Dengan Buku Self Improvement Lainnya
    Bagi pembaca yang sudah sering membaca buku pengembangan diri, beberapa pembahasan mungkin terasa familiar.

    2. Beberapa Hal Tidak Dibahas Secara Lebih Detail
    Seperti dalam bab “Tidak Perlu Bersaing dan Ciptakanlah Sesuatu,” di mana Darius Foroux menekankan pentingnya menciptakan sesuatu yang bernilai, tetapi tidak memberikan panduan lebih rinci bagi mereka yang merasa dirinya kurang kreatif dan percaya diri.

    Kesimpulan

    Buku Do It Today menggaungkan pesan kuat tentang pentingnya bertindak segera dan tidak menunda pekerjaan. Buku ini sangat cocok bagi pembaca yang ingin mengubah kebiasaan menundanya dan ingin meningkatkan produktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Darius Foroux tidak hanya memberikan teori, tetapi juga berbagai strategi praktis yang dapat langsung dipraktekkan.

    Namun, seperti buku pengembangan diri lainnya, buku ini hanya efektif jika dipraktekkan secara nyata. Membaca saja tidak cukup, tindakanlah yang membawa perubahan.

    Buku Do It Today bukan sekadar buku untuk dibaca, tetapi panduan yang harus dilakukan. Jika benar-benar ingin keluar dari kebiasaan menunda, maka langkah pertama adalah berhenti mencari alasan dan mulai bertindak hari ini. Selamat berjuang!

    Terima kasih sudah membaca resensi ini sampai selesai. Jika berkenan, Silakan berkunjung ke Intagram aku.

  • Kekuatan Kata “Semangat”

    Kekuatan Kata “Semangat”

    Assalamualaikum ^^

    Lama tak jumpa dan isi blog ini. Rasanya ada banyak hal yang ingin kubagi dan kutulis di sini, agar bisa menjadi sebuah kisah yang abadi.

    Happy Reading…

    Mungkin jika hari itu aku tidak membuka Twitter, aku akan tetap berada dalam keputusasaan.

    Mungkin jika aku tak membaca reply darinya, aku berada dalam kelelahan tak berujung.

    Mungkin, jika hari itu ia tidak mengucapkan kalimat itu, aku akan terus bersedih dan ingin menyerah.

    “Semangat dan sehat, Ibu Hebat.”

    Byar!!!

    Entah air mataku menetes atau tidak. Tapi yang pasti, hatiku merasa ada yang datang menghangatkan. Senyum tiba-tiba mengembang. Rasanya sangat terharu.

    Kalimat sederhana, tapi bermakna banyak. Kembali menyelamatkanku dari rentetan panjang tangisanku yang hampir satu bulan aku lakukan dalam hening.

    Aku hampir menyerah, dengan lahirnya anak kedua, diusia kakaknya yang baru dua tahun. Aku hampir menyerah dan diselimuti rasa bersalah kepada anakku yang pertama karena tak lagi bisa menemaninya.

    Hari-hari kelahiran anak keduaku. Penuh cerita. Ia lahir, hari Jum’at. Dalam hati terbesit anak pertamaku yang seakan dia tahu, bahwa ia tak boleh merepotkan aku dan ayahnya. Ia anak baik yang tidak pernah menangis, selalu dipenuhi kebahagiaan anak-anak.

    Ketika anak kedua lahir, jahitan lebih banyak. Sakit. Aku mengeluh setiap hari, setiap saat. Bahkan untuk bergeser tempat duduk saja, aku merintih. Rasanya seperti bukan diriku yang kuat dengan berbagai rasa sakit. Bahkan ASI tidak keluar. Aku mencoba untuk tetap tenang.

    Dan lagi-lagi, aku menyembunyikan semua rasa hampir frustasiku. Pendam dan pendam, dan menangis kala sendirian. Tak kubagi dengan siapa pun, bahkan suamiku.

    Berjalan sepekan, aku semakin ingin menyerah. Aku lelah dengan semuanya. Anak pertamaku lebih sering menangis, merasa bahwa Mamanya tak lagi bersamanya. Aku pun ikut menangis, setelah mereka semua tertidur. Entah… Berapa kali aku mencoba untuk berpura-pura kuat. Dan menerima keadaan ini.

    Hampir satu bulan, dan aku masih belum bisa menerima hadirnya anak keduaku. Aku tak mau menyusui langsung. Hanya kuberikan botol. Jahitan yang kuterima rasanya masih terasa sakit.

    Lemah!

    Batinku…

    Aku selalu menyalahkan diriku, menyalahkan takdirku. Bahkan aku tak mau bersyukur atas hadirnya anak keduaku. Masih terus mengelak bahwa ini bukan yang terbaik. Berkali-kali aku mencoba untuk ikhlas dan berkali-kali juga aku menolak.

    Rasanya seperti ingin menghilang. Resah tak berujung. Suka sekali diri ini menyimpan semuanya sendirian. Hingga akhirnya aku menulis sebuah tweet yang tak berharap ada yang me-reply nya.

    Selang berapa hari…

    Kawan lamaku saat SMA me-reply tweetku. Terharu… Entahlah, aku tidak kenal baik dengannya. Dia hanya teman lama, teman satu kelas, teman yang bisa dibilang aku tidak terlalu dekat dengannya. Jarang berbincang panjang atau bercerita tentang diri kita masing-masing.

    Untuk pertama kalinya. Aku merasa seperti diajak untuk kembali berjuang. Merasa ada yang menghargaiku. Mengerti tentang diriku yang sangat lelah, merasa ada orang lain yang ikut membantuku. Ah… Rasanya aku ingin berterima kasih sebanyak-banyaknya kepadanya. Entah bagaimana caranya…

    Dulu, saat seseorang mengatakan semangat, aku hanya tersenyum dan tak merasa kata itu berarti. Tapi sekarang, aku merasa… Kata itu seolah menjadi tombak penghancur untuk mereka yang telah lelah…

    Ah…

    Terima kasih untukmu kawan. Meski rasanya terlalu berlebihan. Tapi, aku sangat berterima kasih… Semoga Allah senantiasa memberkahimu dan keluargamu. Jazakillah Khoiron Katsiro, Nai ❤️

    Mulai hari itu, aku mencoba untuk membalas story IG atau WA teman-temanku dan memberikan suntikan semangat untuk mereka.

    Terima kasih telah menyempatkan untuk membaca 🥰

  • Setelah Start selalu ada Finish

    Setelah Start selalu ada Finish

    Assalamualaikum sahabat Fillah…

    Baru membuka kembali website tercinta, semoga pembaca di sini mampu mengambil hikmah dari setiap tulisanku ya…

    Tulisan-tulisanku ini, seperti biasa, banyak pengetikan yang salah dan masih banyak yang harus diperbaiki.

    Tapi, tidak ada salahnya untuk selalu menulis. Berlatih, berlatih dan berlatih ♥️

    Kawan, pernah ga sih merasa gagal? Berniat untuk menyerah saja. Rasanya, seperti tak lagi memiliki harapan untuk impian atau cita-cita kalian?

    Buat yang pernah, yuk kumpul sini dan baca caption ini, siapa tahu kalian termotivasi dan bisa semangat lagi. ☺️

    Pertama, yuk kalian tersenyum. Karena semua yang diawali dengan senyuman, akan terasa ringan. So smile 

    Sudah dapat energi poritif kah? Lanjut lagi ya…

    Jika kalian pernah merasa menyerah, lelah, capek dan selalu merasa gagal. Itu hal wajar. Semua itu butuh proses, seperti bayi yang belajar berdiri. Si bayi tidak mungkin langsung bisa dengan tegak. Ia harus berlatih dari mulai mencoba duduk, merangkak dan berjalan.

    Nah, sama seperti kalian yang tengah merajut cita-cita. Pastilah banyak prosesnya. Tidak bisa instan mencapai sebuah kesuksesan.

    Ketika kita mulai menyerah, hal apa yang harus diingat, agar semangat kembali?

    Ustadz di Pondok pernah mengatakan ini dalam ceramahnya. “Setelah Start selalu ada FINISH.”

    Apa maksudnya?

    Ya, setelah kalian memilih untuk mengejar cita-cita dan kalian mulai. Jangan berhenti, karena ketika kalian berhenti kalian hanya akan merasakan penyesalan. Jadi, lanjutkan terus perjuangan kalian. Karena, meski kalian merangkak dalam menggapai cita-cita, kalian tetap akan sampai Finish. Meski lama sekali.

    Sampai di sini paham bukan?

    Ketika keinginan menyerah lebih besar. Ada baiknya kita mencoba “flashback” ke masa di mana kita berjuang. Membayangkan semua perjuangan dan pengorbanan serta air mata sebelum kalian menyerah.

    Pasti ada tangis, sedih dan lelah. Tapi lagi-lagi kalian mampu untuk kembali berjuang.

    Sekarang, cobalah untuk berterima kasih kepada diri sendiri, dan berhenti sejenak mengingat kembali perjuangan kalian dulu. Dan berjanji dalam hati untuk tetap berjuang, lebih gigih lagi. Tak lupa, setelah semua ikhtiar dan do’a pastikan setelahnya kita bertawakal kepada Allah.

    Salam Semangat, Kawan!

    Wassalamu’alaikum ☺️

  • Pos tanpa judul 107

    Assalamualaikum ukhti fillah…

    Tulisan kali ini, saya akan membasa tentang 7 rintangan yang perlu diwaspadai untuk mancapai cita-cita.

    Isi dari tulisan kali ini bersumber dari buku “Selagi Masih Muda” karya Dr. Aidh Al-Qorni.

    Umat islam adalah umat yang banyak memberi melahirkan, berbakti dan menghasilkan. Islam mempersembahkan keagungan dalam sejarah dunia.

    Bagaimana tidak?

    Bukankah para Nabi dan salafussoleh telah membuka kan jalan menuju keagungan dan cita-cita yang begitu tinggi bagi mereka?

    Mimpi adalah bagian terindah dan terendah dari visi. Jadikan itu cita-cita. Caranya sematkan saja tanggal pada mimpi karena cita-cita adalah mimpi yang ber-tanggal. Cita-cita adalah mimpi yang telah kita tentukan tanggalnya.

    Cita-cita orang shalih di antara hamba hamba Allah yang beriman adalah surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi. Dan tujuan kita adalah mendapatkan ridho Allah.

    Tapi tentu menggapai cita-cita tentu banyak rintangan yang harus kita waspadai. Ada 7 rintangan yang harus kita waspadai.

    Pertama.
    Lemahnya hubungan dengan Allah.

    Hubungan dengan Allah yang paling besar adalah ketika shalat. Disebut sholat karena penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Selain itu doa juga merupakan bentuk hubungan dengan Allah. Ini yang sering kita lupa, ketika selesai sholat kita langsung bicara dengan kawan kita, harusnya kita sempatkan untuk mengangkat kedua telapak tangan kita kepada Sang Pencipta. Sebab Allah senang jika kita memohon kepada-Nya dan murka jika kita meninggalkan memohon kepada-Nya. Jadi kita harus banyak berdoa karena orang yang banyak berdoa tidak akan pernah dikecewakan oleh Allah.

    Kedua.
    Tidak ada perhatian memahami agama

    Ada banyak muslimah yang mencintai Allah dan Rasul-Nya menghafal Quran tapi tidak memiliki pengetahuan tentang hukum hukum syariat islam, pemahaman tentang agama dan pendalaman ilmu syariat. Hal ini merupakan suatu kekurangan.

    Kita, Insya Allah sudah berpakaian syar’i dan menghafal Al-Quran. Jadi kita diharapkan belajar ilmu syar’i dan pendalaman tentang agama, perbanyaklah membaca buku-buku yang membuahkan hasil bermanfaat dan berguna, bukan sekedar buku tentang roman picisan murahan.

    Ketiga.
    Lemah Cita-cita.

    Banyak diantara kita menganggap dirinya di “luar peta” menganggap orang-orang tak melihatnya dan menganggap tugas dibebankan untuk orang lain.

    Misalnya “kenapa nggak jadi penghafal quran”
    Lalu dia menjawab “sudah banyak hafizah tersebar dimana-mana”

    Lalu di mana posisi kita? Apa peran kita untuk islam?

    Ada banyak muslimah mereka memiliki cita-cita, emosi atau perasaan untuk islam namun banyak diantara mereka yang tidak tahu harus disampaikan ke mana.

    Tidak mesti setiap kita menjadi hafizah atau penghafal quran atau guru ngaji, sebab berbagai bidang terbentang di hadapan kita dan banyak jalan berbuat baik bisa dilakukan.

    Yang penting kita melihat potensi dan kemampuan kita, selanjutnya kita bergerak untuk kemajuan islam.

    Keempat.
    Nggak Pe-de

    Setiap manusia adalah orang yang salah dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat. Karena pintu taubat selalu terbuka sampai matahari terbit dari barat.

    Banyak diantara muslimah yang dahulu nya sering berbuat maksiat kemudian dia bertaubat. Tapi dia masih saja menyalahkan dirinya sendiri, menganggap dirinya hina dan tidak pantas berbuat baik. Padahal harusnya dia berani melakukan kebaikan dan memotivasi dirinya untuk melawan kesulitan.

    Dia harus mampu melakukan kebaikan seperti memberi nasihat atau menjadi penda’wah dengan bantuan kekuatan dan kekuasaan Allah.

    Imam ahmad pernah ditanya “Apakah seorang hamba tetap bertahan perlu sampai dia sempurna, kemudian baru mendakwahi manusia?” Imam ahmad menjawab “Siapakah orang yang sempurna? Tetaplah berdakwah kepada manusia.”

    Kelima.
    Kurang sabar menahan godaan.

    Sesungguhnya kita sedang menghadapi berbagai kelompok yang memerangi islam. Hanya Allah yang mengetahuinya. Ada banyak rintangan yang sering kita hadapi seperti ejekan orang lain, hasutan orang-orang, hinaan dari mereka bahkan tatapan sinis dan intimidasi terhadap kita.

    Dan yang harus kita lakukan adalah sabar. Tidak ada bekal yang harus dimiliki seorang hamba kecuali kesabaran. Ketahuilah bahwa pertolongan Allah mesti dibarengi kesabaran. Sedangkan kesabaran tersirat karena menahan pandangan.

    Keenam.
    Kiat nyali, merasa gagal, putus asa

    Apa cita-cita kalian? Menjadi penghafal al-quran bukan? Lalu ketika selesai quran apa cita-cita selanjutnya? Lalu apa yang akan kita berikan untuk islam?

    Menghafal quran terkadang membuat kita merasakan sebuah perasaan yang dinamakan nano nano. Seperti saat kita lancar kita senang, saat hafalan tidak lancar kita sedih dan hampir putus asa. Melihat teman kita lancar ada perasaan harus bisa seperti dia, dan yang hebatnya kita merasakan lelah yang tidak lelah.

    Sesuatu yang kita rasa jadwal padat merapat tapi rasanya nikmat dan tenang.

    Jujur saja beberapa kali saya merasa hampir putus asa. Tapi semestinya tak ada lagi rasa gagal dan putus asa dari rahmat Allah.

    Begitu allah mengatakannya di dalam quran surat yusuf. Kata putus asa hanyalah untuk orang-orang kafir. Jadi sebagai seorang muslim tidak ada kata menyerah atau putus asa. Dan tidak ada kata gagal.

    Orang bijak berkata “Tidak ada kata mustahil bagi seorang juara. Mustahil hanya dimiliki oleh orang-orang yang belum pernah mencoba. Sulit hanyalah kosakata orang yang tidak mau berlatih. Gagal adalah pem- bendaharaan kamus orang yang terlalu cepat menyerah.”

    Ketujuh,
    Waktu terbuang karena menunda pekerjaan.

    Yang bisa membunuh kita salah satunya adalah perbuatan menunda-nunda.

    Orang bijak berkata “Barangsiapa yang menanam benih nanti akan tumbuh tanaman yang bernama mudah-mudahan, yang memiliki buah namanya seandainya yang rasanya adalah kegagalan dan penyesalan.”

    Sering kita jumpai orang yang bicara nanti nanti padahal kata nanti itu tidak ia kerjakan dan justru akan membuat mereka menyesal karena mungkin saja pekerjaan itu penting.

    Banyak muslimah yang komitmen terhadap agama, namun tidak cermat mengatur waktu.

    Padahal kita adalah umat yang dihitung dengan waktu, umat yang satu menitnya saja akan dievaluasi, umat yang melihat bahwa siang dan malam makan memangkas umurnya.

    Nabi Muhammad bersabda :  “Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu karenanya; kesehatan dan waktu luang.” H.R Bukhari

    Jadi hendaknya kita tak menjadikan waktu terbuang sia-sia hanya untuk banyak bersenda gurau, bercanda, tertawa dan bermain. Ada baiknya kita mengganti dengan membaca buku, mu raja ah atau menghafal alquran dan kegiatan yang bermanfaat lainnya.

    Bercanda itu perlu, tertawa itu sehat, senyum itu indah. Tapi bercanda yang tertawa yang berlebihan akan menghilangkan sinar, mengeraskan hati, menghalangi datangnya ilmu hikmah dan mendatangkan kesusahan. Tawa dan tangis adalah saudara kembar, kalau kita banyak tertawa maukah kita juga akan banyak menangis.

    Itulah 7 rintangan yang harus kita waspadai untuk meraih sebuah cita-cita.

    Maka jagalah diri kita, belajarlah dan lakukanlah amal sholeh. Jangan gelisah dan jangan sampai setan menghalangi kita. Jangan sampai setan memalingkan tekad kita atau menghina diri kita dihadapan kita.

    Sebab kita pasti mampu mencapai kedudukan-kedudukan tinggi kalaulah benar niat dan tekad kita. Kita menempuh jalan hidup dengan cita-cita kita.

    Allah berfirman : Apabila engkau telah membuatkan tekad maka bertawakal lah kepada Allah.

    Tetap semangat untuk menggapai sebuah cita-cita. Karena setiap kesuksesan selalu banyak rintangan.

  • Inti dari Tadabbur Al-Qur’an

    Inti dari Tadabbur Al-Qur’an

    Bismillahirohmanirohim

    Assalamualaikum kawan semua!

    Kembali lagi di blog saya. Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang Alquran. Lebih tepatnya tentang inti mentadaburi Alquran.

    Tulisan ini saya ambil dari buku “mencetak hafiz cilik.”

    Buku ini sangat menginspirasi setiap orang tua yang menginginkan anaknya untuk menjadi penghafal Quran. Buku ini mengisahkan tentang seorang anak yang mendapatkan rekor Muri dikarenakan ada usia 4 tahun dia dapat menyelesaikan 30 juz.

    Ya itulah dia La Ode Musa.

    Tulisan kali ini tidak membahas tentang La Ode Musa tapi tentang bagaimana kita mentadaburi Alquran dan isinya. Mengutip perkataan dari buku tersebut yang menurut saya bagus untuk saya Tuliskan kembali di blog saya ini.

    Inti dari tujuan tadabbur Al-Qur’an adalah ketundukkan dan ketentraman jiwa. Inti dari tujuan menghafal alquran adalah ibadah kepada allah semata.

    Inti dari tujuan mempelajari alquran adalah memiliki pijakan dan pedoman yang kokoh dalam hidup.

    Betapa banyak kita dapati penyimpangan dan kehancuran di muka bumi ini, dikarenakan banyaknya orang yang membaca alquran tetapi hanya sampai di tenggorokannya saja. Seakan membaca abrakadabra tidak dipahami, tidak bermakna, tidak pula mencegahnya dari kemungkaran.

    Marilah bersama kita luruskan niat dalam menghafal alquran demi menjadi Shohibul Quran. Dan hanya mengharap ridho allah semata.

    Marilah bersungguh-sungguh mengerahkan waktu tenaga dan pikiran untuk membentuk generasi penyejuk mata dan hati dunia akhirat dengan alquran.

    Biarlah anak kita tidak terkenal di dunia karena menjadi juara musabaqah alquran asalkan demi mereka terkenal di langit dengan keshalihan.

    Kelak saat kita telah lapuk oleh tanah merekalah insan yang paling kita banggakan karena banyaknya memberikan kiriman pahala kebaikan.

    Ya Sekian tulisan kali ini semoga bermanfaat Terima kasih telah membaca blog saya sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

  • Renungan Untuk Pejuang Surat Cinta-Nya

    Renungan Untuk Pejuang Surat Cinta-Nya

    Bismillahirrahmanirrahim

    Assalamualaikum ukhti Fillah, sudah lama tidak main dan menyapa blog tercintah…

    Ya, pada tulisan kali ini mungkin tidak menuliskan sebuah artikel, tapi untuk menampilkan tulisan berupa renungan ☺️

    Belum lama ini, saya telah mencobanya kepada adik-adik atau santri-santi Pondok Tahfidz Al-Husna.

    Awalnya mereka seperti gelisah, karena tiba-tiba saya menyuruh mereka untuk mengambil pulpen dan kertas.

    Dan mereka harus menjawab sesuai dengan pertanyaan yang saya berikan.

    Sebenarnya, pertanyaan ini saya buat, karena mereka terlihat tidak bersemangat dalam menghafal. Ditambah lagi mereka adalah santri yang diberikan amanah untuk menjaga adik kelas mereka.

    Nah, untuk itu, berikut adalah pertanyaan yang saya buat :

    1. Siapa nama kamu?

    2. Berapa usiamu?

    3. Menurutmu lebih dulu mana adab atau ilmu

    4. Sudah berapa lama kamu mondok di sini?

    5. Apa tujuanmu berada di sini?

    6. Apa saja yang sudah kamu lakukan untuk mencapai tujuanmu?

    7. Sudah berapa persen usahamu selama di sini?

    8. Apakah ada perubahan pada dirimu setelah menghafal Al-Qur’an?

    9. Apakah menghafal Al-Qur’an adalah hal mudah? Atau justru sulit bagimu?

    10. Seberapa yakin kamu mampu menyelesaikan 30 juz?

    11. Lebih banyak mana, waktu yang kamu habiskan? Ngobrol dengan teman atau ngobrol dengan Al-Qur’an?

    12. Pernahkah kamu ingin menyerah saat menghafal Al-Qur’an? Jika pernah, lalu disaat apa kamu ingin kembali bangkit!

    13. Siapa penyemangat dirimu saat sedang futhur?

    14. Kapan targetmu selesai 30 juz?

    15. Dengan usaha kamu saat ini, apakah cukup untuk sampai selesai 30 juz?

    16. Ketika selesai 30 juz, siapa orang pertama yang akan kalian berikan ucapan terima kasih?

    17. Pernahkah kalian berterimakasih pada diri kalian sendiri?

    18. Ketika selesai 30 juz hadiah apa yang akan kalian inginkan?

    19. Terakhir, mari baca kembali dalam hati tentang dirimu, apakah kamu merasa puas dengan pencapaian mu saat ini, atau merasa belum puas?

    19 pertanyaan di atas banyak membuat mereka berteriak histeris sambil berkata “Aduh…”

    Bahkan salah satu dari mereka sudah sempat menitikkan air mata, ya bisa dibilang mereka tak mampu membuat target dan malu bahwa lebih banyak berbincang dengan kawan dibandingkan mengaji.

    Terima kasih kepada ukhti yang menyempatkan dirinya untuk membaca di sini.

    Jazakumullah Khoiron Katsiro ☺️

  • Wahai Muslimah! Bermimpilah…

    Wahai Muslimah! Bermimpilah…

    Assalamualaikum 😁”

    Kesempatan kali ini, saya akan membagikan hasil artikel saya yang belum menang. Sedih rasanya belum menang padahal sudah konsultasi ke banyak orang. Tapi tidak apa, silahkan kalian baca. Semoga termotivasi.

    Wahai Muslimah, apa cita-cita kalian saat ini?

    Menjadi dokter? Guru? Dai’ah? Arsitek? Penulis?

    Bermimpilah wahai muslimah, karena dari sebuah impian akan menjadi sebuah kenyataan. Tidak ada yang mustahil di dunia ini, karena jika Allah berkehendak maka “Jadilah”.

    Masalahnya adalah…

    Banyak diantara kawan Muslimah yang merasa kurang percaya diri dengan potensi diri. Dan merasa tidak dibutuhkan.

    Pernahkah berpikir seperti, “Untuk apa menjadi dai’ah sementara sudah banyak penceramah di luar sana?”

    Lalu di mana posisi kita? Apa yang kita sumbangkan untuk kemajuan Islam jika cara berpikir kita masih seperti itu?

    Banyak diantara kita yang merasa dirinya tidak pantas menjadi seorang dai’ah atau pengajar. Terlebih lagi dia pernah terjebak di masa kelam kemudian bertaubat. Merasa tidak percaya diri untuk menyampaikan nasihat dan menebar kebaikan.

    Imam Ahmad pernah ditanya, “Apakah seorang hamba tetap bertahan terus sampai dia sempurna, kemudian baru mendakwahi manusia?” Imam Ahmad menjawab, “Siapa orang yang sempurna? Tetaplah berdakwah kepada manusia.”

    Semua perjalanan menggapai cita-cita sudah pasti penuh dengan duri dan kerikil. Cibiran dari orang lain, hasutan untuk berhenti bahkan tatapan sinis pun akan kita peroleh.

    Apa yang harus kita lakukan?

    Menyerah?

    Allah berfirman dalam Surat Yusuf ayat 87. Kata Putus Asa hanyalah untuk orang-orang kafir. Jadi, sebagai seorang Muslimah tidak ada kata menyerah atau putus asa kepada rahmat Allah.

    Lalu apa yang harus kita lakukan dengan semua kesedihan ini?

    Bersabarlah… Karena Allah akan menurunkan pertolongannya pada hambanya yang bersabar.

    Kejarlah apa yang menjadi impian kita. Tidak semua dari kita harus menjadi pendakwah, karena ada banyak bidang terbentang dan banyak jalan berbuat baik dapat kita lakukan. Bergeraklah dan raihlah impian kalian untuk kemajuan Islam.

    Lihat dan galilah potensi diri, setiap kita memiliki bakat yang dapat dikembangkan. Seperti ibunda Aisyah yang cantik luar, dalam dan semangat dalam menuntut ilmu. 

    Berikhtiar, berdoa dan tawakkal adalah hal mutlak untuk menggapai suatu keinginan.

    Terima kasih telah menyempatkan waktunya untuk membaca ini 😉💕

  • Cinta yang Sebenarnya

    Cinta yang Sebenarnya

    Bismillahirrohmanirrohim

    “Assalamu’alaikum 😉”

    Kembali lagi, hari ini pembahasannya tentang Cinta 💕 Simak baik-baik ya, Kawan…

    Allah menciptakan segala sesuatu di bumi ini secara berpasang-pasangan. Ada baik yang pasti ada buruk, ada positif dan ada negatif. Seperti ada benci juga ada cinta.

    Cinta?

    Iya, cinta… Sesuatu yang sering digambarkan dengan bentuk hati berwarna merah, dan pengakuannya pun dengan berbagai cara.

    Cinta itu fitrah, akhwati…

    Setiap kita pasti pernah merasakan jatuh cinta. Sebuah perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, hanya hati dan perilaku yang mampu menunjukkannya.

    Tapi, sadarkah akhwati. Rasa itu tidak boleh berlebihan. Kenapa? Karena cinta yang sebenarnya hanyalah cinta Kepada-Nya. Kepada Allah-lah cinta yang sebenarnya.

    Cinta yang kita berikan kepada manusia termasuk pada suami pun harus berlandaskan atas nama Allah. Bahkan cinta kepada orang tua pun tidak boleh melebihi cinta kita kepada Allah.

    Kenapa?

    Segala sesuatu yang berlandaskan dengan cinta kepada Allah, tidak akan membuat kita berlarut-larut dalam kesedihan, kekecewaan dan kegalauan.

    Karena ketika cinta kepada Allah kita dahulukan di atas segala cinta kepada manusia, maka kita akan merasa tenang. Allah akan memeluk kita untuk menenangkan kita dari segala perasaan sedih dan kecewa itu.

    Riwayat dari Abdullah bin Abbas ra, berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Cintailah Allah atas anugerah nikmat yang diberikan kepadamu, dan cintailah aku karena cinta kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena mencintaiku.” – Hadits riwayat At-Tirmidzy dan al-Hakim.

    Saling menyangilah kalian sesama manusia, dan saling mencintailah kalian karena Allah.

    Wallahua’lam…

  • Kebaikan Berbagi : Ilmu yang Bermanfaat

    Kebaikan Berbagi : Ilmu yang Bermanfaat

    Bismillahirrohmanirrohim

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh 😊

    Seperti biasa setelah salam, saya akan menuliskan sebuah opini tentang “Menebar Kebaikan.” Judul kali ini tentang Kebaikan Berbagi. Simak sampai selesai ya, Insyaa Allah ada di hikmah di tulisan saya kali ini.

    Pernahkah dalam hidup kawan semua melakukan suatu kebaikan yang dapat membawa perubahan pada sekitar?

    Hm… Coba kita renungkan bersama, kawan.

    Bukankah suatu kebaikan itu mudah saja dilakukan. Baik sengaja atau pun tidak sengaja. Bahkan suatu kebaikan sekecil biji zarroh pun tetap mendapatkan pahala. Sesuai firman Allah SWT :

    فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

    Artinya: “Barangsiapa berbuat
    kebaikan sebesar zaroh pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sebasar zaroh pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.”

    Apa itu zarroh?

    Zarroh adalah bagian terkecil pada sesuatu, atau istilah Fisikanya adalah Atom. Dan yang perlu kita ingat adalah semua yang kita lakukan di dunia ini tidak luput dari pengawasan Allah SWT. Baik atau buruknya sesuatu itu.

    Kembali ke pembahasan.

    Kebaikan apa saja yang sudah kita lakukan? Kebaikan ada banyak contohnya, seperti membantu, menyayangi, menasehati, menolong dan berbagi.

    Kali ini pembahasan yang akan dibahas adalah kebaikan berbagi. Sudah seperti apa sih kebaikan berbagi kita kepada sesama? Lalu apa yang sudah kita berikan kepada saudara seiman?

    Berbagi adalah memakainya secara bersama-sama.

    Berbagi tidak selalu tentang zakat, infaq dan shadaqoh dalam bentuk uang. Tidak selalu dengan materi dan materi. Karena, berbagi bisa dalam bentuk apa pun sesuai dengan kemampuan kita.

    Contoh yang paling mudah bagi saya yang seorang santri bertahun-tahun adalah berbagi makanan. Mempelajari tentang “Itsar”.

    Itsar? Ya, itsar adalah mendahulukan saudaranya lebih dari diri sendiri.

    Terkadang saat makanan yang kita miliki hanya tinggal sedikit, sementara kawan kita belum makan sejak pagi. Rasanya pasti akan memilih untuk mengisi perut sendiri dibanding memberikannya pada kawan sendiri.

    Padahal disitulah keimanan kita diuji. Sifat peduli pada sesama muslim juga diuji. Apakah kita rela untuk memberikan makanan yang kita miliki untuk kawan kita?

    Bisa kita jawab masing-masing ya, Kawan.

    Selain berbagi dalam bentuk makanan ada satu hal yang sangat membekas dalam perjalanan saya menjadi seorang Santri Abadi.

    Postingan saya sebelumnya membahas tentang diri saya yang bercapkan “Santri Abadi.”

    Apa yang paling membekas?

    Berbagi yang saya lakukan adalah dengan cara menyalurkan ilmu yang saya miliki kepada warga sekitar pesantren.

    Siapa yang tahu daerah Jonggol?

    Yang katanya Kota Jonggol itu terkenal dengan nama “Wakwow”.

    Pesantren saya berada di daerah pedalaman Jonggol. Penuh dengan pepohonan tinggi, udara yang masih sejuk dan jarang rumah penduduk. Setiap hujan datang, petir bisa saja menumbangkan beberapa pohon yang berada di pekarangan pondok.

    Warga sekitar pesantren kami pun masih tabu tentang agama. Melihat Pesantren kami tempati memakai cadar, mereka justru tidak tertarik untuk berhubungan baik dengan kami.

    Namun…

    Bulan Ramadhan tahun 2019 kemarin menjadi tahun pertama kami sebagai santri untuk terjun langsung ke masyarakat. Melakukan apa?

    Kami mengadakan acara pesantren kilat dalam waktu sepekan untuk murid SD, SMP dan SMA di sana.

    Sudah bukan hal yang aneh, jika anak yang ikut dalam acara Sanlat itu hanya sedikit, karena bagaimana pun, banyak orang tua mereka tidak mengizinkan anaknya mengikuti acara yang kami buat.

    Membuat acara selama sepekan dengan terus berusaha mencari anak-anak yang ikut dalam acara kami.

    Salah satunya dengan cara menyebarkan brosur kami ke sekolah-sekolah sekitar pondok. Meminta DKM Masjid setempat untuk mengizinkan kami menggunakan masjid mereka dalam sepekan ke depan.

    Sekitar 15 anak yang mengikuti acara kami. Acara sanlat dilakukan di masjid daerah pondok, bukan masjid milik pondok, dengan alasan agar kami dapat melakukan syi’ar.

    Ketika satu persatu mereka datang dengan pakaian rapih dan sopan, betapa bahagianya bahwa lebih dari 10 orang yang mengikuti acara kami.

    Apa saja yang kami lakukan untuk mengisi sanlat buatan kami?

    Pesantren yang kami tempati adalah pesantren Tahfidz Al-Qur’an, yang jelas dan pasti kami diajari Tahsin dan Tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu, kami juga membantu mereka menghafal setiap do’a sehari-hari. Ditambah pelajaran adab sesama teman, guru dan orang tua.

    Setiap panitia mendapat tugas masing-masing sesuai kemampuan yang menonjol untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada yang lain.

    Ustad kami selalu berpesan :

    “بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

    “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

    Ilmu yang kalian dapatkan dan kalian ajarkan akan menjadi amal jariyah untuk kalian. Dan ilmu yang kalian ajarkan akan lebih menempel diingatan kalian. Anggap saja, kalian tengah me-murojaah ilmu kalian.”

    Pesan itu menjadi semangat baru dalam bersosialisasi dengan warga sekitar, meskipun lelah karena harus mengatur jadwal selama sepekan saat berpuasa, namun rasanya begitu menyenangkan.

    Jiwa sosial kami diuji. Beberapa anak yang datang, sungguh membuat kami merasa iba dan salut.

    Bagaimana tidak?

    Mereka selalu bertanya tentang cadar yang kami pakai.

    “Enak enggak sih Kak pakai cadar?”

    “Kok ditutup terus mukanya, kita boleh intip enggak?”

    “Ih, aku juga mau pakai cadar ah, nanti.”

    Selain pertanyaan, salah satu dari mereka selalu menggunakan baju yang sama selama acara sanlat. Belum lagi, baju yang digunakan sudah tidak cukup alias kekecilan. Membuatnya tidak percaya diri saat ditunjuk untuk maju ke depan.

    Saat itu, kami pun membuat baksos baju dadakan. Baju-baju gamis kami yang telah kecil atau kerudung panjang dan cadar kami yang masih bagus dan layak pun akhirnya kami sulap menjadi baru.

    Beberapa dari kami mencuci baju dengan detergen dan pewangi pakaian dari santri-santri yang ingin sedekah. Kemudian yang lain menyetrika baju hingga wangi dan licin. Dan terakhir kami mengemasnya di dalam plastik baju yang kami beli di pasar.

    Di hari terakhir sanlat, kami membagikan baju-baju bekas layak pakai kepada anak-anak yang mengikuti acara kami.

    Hari terakhir itu juga kami menutupnya dengan acara ifthor dengan seluruh karyawan pesantren juga.

    Nasi padang dan beberapa takjil sudah siap disantap. Sebelumnya, acara penutupan kami lakukan dengan suka cita. Indah dan sangat berkesan.

    Anak-anak yang mengikuti sanlat pun mendapat beberapa bingkisan, seperti makanan ringan, buku, dan sertifikat.

    Poin penting yang mereka dapatkan adalah “Ilmu dan Pengalaman.”

    Bukan mereka saja, tapi kami pun mendapatkan poin penting itu. Banyak yang kami dapatkan, dari mulai mengerti cara bersosialisasi, mengajar, memendam emosi, menahan lelah, dan berpikir bagaimana caranya agar acara tidak berhenti begitu saja tanpa adanya kegiatan.

    Ya, kawan…

    Itulah kisah yang bisa saya bagikan kepada kalian tentang Menebar Kebaikan.

    Jangan berhenti menebar kebaikan, meski kebaikan yang kalian lakukan tidak terbalas apa pun. Karena sesungguhnya Allah tetap akan mencatat kebaikan itu. Dan kalian tidak akan merugi.

    Berbagi memang tidak harus materi. Namun jika kawan memiliki materi lebih dari cukup, kalian bisa menyalurkannya kepada mereka yang amanah, salah satunya adalah :

    Dompet dhuafa.

    Siapa yang tidak kenal dengan lembaga yang satu ini. Lembaga yang menyalurkan zakat, infaq dan shadaqoh para muslimin kepada mereka yang membutuhkan.

    dompetdhuafa.org

    “Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

    Sekian dari saya, semoga dengan tulisan ini dapat memberikan hikmah kepada kawan semua.

    Wallahua’lam


  • PUISI RAMADHAN

    PUISI RAMADHAN

    SEBALUT SUKMA

    Oleh : Fityah Inas

    Mari berdiam
    Berbincang dengan Alam
    Renungkan hingga mendalam
    Terdiam diatas dosa yang kelam

    Jejak ini penuh debu
    Kapan terakhir kali aku mengagungkan nama-Mu
    Penyesalan mulai memenuhi kalbu
    Hingga aku tahu
    Dosa itu nista rasa

    Sebentar lagi Ramadhan tiba
    Lantunan syahdu penyejuk jiwa
    Memanggil ruh-ruh pendosa
    Ku langitkan doa
    Hingga takwa mengiba
    Kepada yang Maha Kuasa

    Ini puisi karya salahsatu kawan terbaikku. Untuk sambut Ramadhan 😁

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai